Pages

Powered By Blogger

Wednesday 5 October 2011

KETAKUTAN DAN HARAPAN

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh 

Ketakutan akan siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala dan harapan untuk memperoleh kerahmatan serta kasih sayang-Nya merupakan dua sayap yang dapat digunakan untuk terbang bagi orang-orang yang benar-benar mendekatkan diri dan jiwanya kepada Allah agar memperoleh menuju semua kedudukan yang terpuji. Ketakutan dan harapan diumpamakan sebagai kendaraan yang dapat dipakai dalam menempuh jalan ke akherat. Tidak ada yang membimbing atau penunjuk jalan (guider) mendekat ke hadapan Allah melainkan dengan ikatan harapan, juga tidak ada yang dapat menutup jalan ke neraka Jahim dari dirinya melainkan cemeti ketakutan.


Ketakutan

Takut adalah penjelmaan dari rasa kesakitan dalam kalbu dan terbakarnya hati karena datangnya sesuatu yang sama sekali tidak diinginkan. Tahu akan penyebab yang tidak disenangi atau yang dibernci inilah yang akan menimbulkan rasa yang berkobar-kobar terbakarnya hati serta merasakan kesakitan yang amat pedih. Terbakarnya hati itulah yang dinamakan “Khauf” atau “Takut”.

Orang yang paling takut serta paling takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah orang yang paling mengetahui dan menginsafi keadaan dirinya dan juga keadaan Tuhannya. Rosulullah shalallaahu ‘alahi wa sallam pernah bersabda, “Akulah manusia yang paling takut kepada Allah diantara kamu semua” (HR Bukhari). Allah pun berfirman, “Bahwasanya yang takut benar-benar kepada Allah diantara seluruh hamba-hamba-Nya ini ialah para alim ulama (yakni orang-orang yang menyadari keadaan dirinya dan keadaan Tuhannya)” (Al-Fathir ayat 28).

Sebagai petunjuk keutamaan sifat rasa takut sudah terhimpun dalam firman-Nya, yaitu bahwa orang-orang yang bertakwa kepada-Nya itu pasti memperoleh petunjuk,kerahmatan, ilmu pengetahuan,keridhoan dan kesempurnaan dalam kehidupan, yang kesemuanya itu akan dicapai oleh penghuni syurga kelak. “Petunjuk dan kerahmatan adalah bagi orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka” (Al-A’raf ayat 153). “Allah meridhoi mereka dan merekapun ridho dengan karunia Allah itu. Demikian itulah yang disediakan untuk orang yang takut kepada Tuhannya” (Al-Bayyinah ayat 8).


Harapan

Setiap orang yang berhati suci dan berfikiran jernih pasti mengetahui dengan sebenar-benarnya bahwa dunia ini adalah ladang yang diberi tanaman untuk dibawa sebagai bekal ke akherat. Hati sebagai tanahnya, sedangkan keimanan sebagai benihnya. Setiap orang hanyalah akan menuai sekedar apa yang ditanamnya, tidak lebih dan tidak pula berkurang dari itu. Tanaman ketaatan dan kebaktian kepada Allah tidak mungkin subur, jika tidak berasal dari benih keimanan yang akan memberikan kemanfaatan bila hatinya busuk, akhlaknya rusak dan bejat.

Harapan adalah setelah berusaha dan meneliti segala sesuatu yang menyebabkan tumbuhnya sesuatu dengan hasil yang baik. Seorang hamba jika benih keimanan dalam hatinya disirami dengan air ketaatan, disucikan hatinya dari duri-duri yang berupa akhlak maka akan memperoleh pengampunan (husnul khatimah) dari Allah. Sebaliknya, bila seseorang setelah menaburkan benih keimanan kemudian dibiarkan saja tanpa perawatan sama sekali, apalagi tidak dipupuk dengan air ketaatan, hatinya kosong dari kebaikan, yang diganti dengan akhlak yang hina dan rendah, bahkan ditambah dengan mencari kelezatan duniawiyah serta kesyahwatan yang melampaui batas, maka orang tersebut dianggap sebagai orang yang ghurur (tertipu) dan sebagai orang yang ahmak (kurang beres akalnya). Rosulullah shalallaahu ‘alahi wa sallam pernah bersabda, “Orang ahmak adalah yang mengikuti selalu pada hawa nafsunya, kemudian mengharapkan akan memperoleh syurga dari Allah” (HR Tirmidzi) Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman, “Kemudian mereka digantikan oleh suatu angkatan yang meninggalkan sholat dan memperturutkan keinginan nafsu kesyahwatannya, maka itulah sebabnya mereka akan menemui kebinasaan” (Maryam ayat 59). Ayat yang lain, Allah berfirman, “Kemudian mereka digantikan oleh suatu angkatan yang memperoleh pusaka berupa kitab (kitab suci yang dulu-dulu), tetapi kesukaannya hanya mengambil harta benda kehidupan dunia ini saja (dengan cara yang tidak halal), tetapi mereka itu berkata : Kesalahan kita ini nanti akan diampuni oleh Tuhan” (Al-A’raf ayat 169).

Seseorang yang benar-benar taat dan berbakti kepada Allah, giat melakukan segala yang diperintah-Nya dan menjauhi segala kemaksiatan yang dilarang-Nya, maka sudah dapat dipastikan apa yang diharap-harapkan menjadi kenyataan kelak di hari kiamat. Ia menantikan datangnya kenikmatan dari Allah yang paling sempurna, yaitu masuk syurga yang abadi. Adapun orang yang bermaksiat, jika ia telah bertaubat dan mnyesali segala kesalahan dan kekhilafannya dengan menambah amalan-amalan sholeh sebanyak-banyaknya, maka orang yang demikian inipun mempunyai harapan masuk syurga.“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, yang berhijrah dan berjihad untuk mengagungkan agama Allah, maka mereka itulah yang boleh mengharapkan kerahmatan Allah” (Al-Baqarah ayat 216). “Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitabullah, mendirikan sholat dan membelanjakan dari apa yang Kami (Allah) rizkikan kepada mEreka dengan rahasia (sembunyi-sembunyi) atau terang-terangan, maka merekalah yang berhak mengharap-harapkan memiliki dagangan yang tidak akan rugi” (Al-Fathir ayat 29).

Demikianlah yang dapat disampaikan mengenai hakekat “ketakutan” dan “harapan” kepada dan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga bermanfaat....amiin.

No comments:

Post a Comment